THE LOST TRAVELLER

Jumat, 04 November 2016

Melintasi Waktu di Pasar Triwindu

"tok..tok..tok, ardian dimana?"
"ardian di belakang"

Canda saya saat memainkan uang kertas lima ratusan yang bergambar primata di salah satu sisinya. Ini adalah candaan yang biasa dilontarkan ketika saya masih kecil. Karena teman saya juga mengalami candaan yang sama di masa kecilnya, diapun hanya tersenyum saja. Namun, mungkin akan berbeda jadinya jika candaan saya ini saya lontarkan ketika saya mengajak keponakan saya. Pasalnya, uang 500an keluaran Bank Indonesia pada tahun 1992 itu tidak lagi muncul di pasaran sejak resmi ditarik peredarannya pada tahun 2011, sehingga kemungkinan anak jaman sekarang sudah tidak tahu menahu mengenai candaan atau uang tersebut. 


Ah, rasanya saya seperti sedang memutar waktu. Mungkin kali ini jarum jam sedang bergerak ke kiri dan mengembalikan semua ingatan saya ketika saya masih kecil. Tempat yang berhasil mengembalikan ingatan saya ini adalah Pasar Triwindu . Pasar ini memang sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat Solo, bahkan juga pendatang baik dari dalam negeri maupun luar negeri karena keunikannya menjual barang-barang antik.





   ( dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Pasar ini dinamakan Triwindu karena dibangun pada tahun 1939 oleh KGPAA Mangkunegoro VII bersamaan dengan genap 24 tahun beliau menjabat sebagai Pengageng Pura Mangkunegaran. Triwindu merupakan gabungan dari kata "tri" yang artinya tiga dan "windu" yang artinya "delapan". Jika digabungkan maka akan memberi arti tiga kali windu atau 24 tahun. 


(dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Namun, pasar ini sempat berganti nama pula menjadi Pasar Windu Jenar, karena dinilai nama tersebut lebih memberikan kesan modern. Akan tetapi, atas permintaan masyarakat Solo, nama pasar ini dikembalikan lagi menjadi Pasar Triwindu.


(foto diambil oleh Ardian Nugroho )

Keriuhan pasar ini dimulai sekitar pukul 09.00 dan akan ditutup setelah pukul 17.30. Para pedagang mulai membuka lapaknya untuk menjajakan berbagai macam barang antik. Saya merasa sedang melintasi ruang dan waktu ketika menyusuri lorong demi lorong yang ada di pasar barang antik ini. Di sebelah kanan dan kiri saya terdapat berbagai macam barang-barang kuno, seperti gantungan lampu, setrika lama, uang dan koin kuno, mesin ketik, telepon, kamera, bahkan gramofon.


 (dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Berdasarkan informasi yang pernah saya baca, pada awal berdiri hingga tahun 1966, barang dagangan di pasar ini belum sepenuhnya hanya menjajakan barang antik. Masih banyak onderdil motor/ mobil, alat pertukangan, serta warung makan yang bercampur di dalam pasar. Namun sesudah banjir pada tahun 1966 dan berdirinya pasar klitikan Sumodilagan, barang klitikan atau rongsokan tersebut sudah hampir tidak ada. Mulai sejak tahun 1970-an inilah, Pasar Triwindu berubah menjadi pasar barang antik ( barang yang berumur lebih dari 50 tahun) dengan kondisi yang masih bagus.


(dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Jika anda beruntung, anda bahkan dapat menemukan barang-barang yang konon asal muasalnya berasal dari keraton. Berdasarkan spekualasi yang berkembang, barang-barag tersebut kemungkinan adalah hadiah untuk para abdi dalem yang kemudian dijual kembali atau barang tersebut didapat dari orang yang membeli langsung dari kerabat keraton.


(dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Untuk mendapatkan barang yang benar-benar asli, dibutuhkan ketelitian anda dalam mengenalinya. Tidak sepenuhnya barang-barang disini benar-benar barang antik, ada beberapa barang baru yang sengaja dibuat seperti nampak antik. Kualitas dari sebuah barang antik, tidak bisa dilihat secara sekilas saja, terutama jika berbahan dari kayu. Menurut informasi, di Solo banyak sekali ahli "reproduksi" yang menggunakan bahan kimia atau melakukan perendaman meja, kursi, atau mebel di sungai kemudian menjemurnya dalam waktu yang lama untuk menimbulkan kuno, antik, dan klasik pada barang yang sebenarnya masih baru tersebut. Selain itu, jangan segan untuk menawar harga yang diberikan oleh para pedagang disini. Tawar-menawar sudah menjadi hal yang biasa di Pasar Triwindu ini, bahkan anda bisa menawarnya hingga setengah harga. Uniknya, pasar ini juga melayani transaksi jual beli dengan barter jika memang barang yang aan ditukarkan dirasa cocok. Wah, seru bukan?



(dok.pribadi - @anindhytaputtri)

Jika anda melongok sebentar keluar, anda juga dapat menemukan toko onderdil kendaraan dengan harga yang murah di sebelah utara lantai satu Pasar Triwindu. 


(dok.pribadi _- @anindhytaputtri)

Tidak ada salahnya memasukkan Pasar Triwindu di dalam tempat yang akan anda kunjungi ketika berada di Solo. Selain pesona barang antiknya, tempat ini juga merupakan spot yang bagus untuk mengambil gambar.   Yuk, jelajah ke pasar!
Designed By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates