THE LOST TRAVELLER

Rabu, 27 Januari 2016

Gunung Andong dan seribu harapan baru.

"We don't meet people by accident they are meant to cross our path for a reason."

Sebelumnya quote itu hanyalah quote sampai hari dimana saya berhasil naik ke salah satu gunung yang ada di kabupaten Magelang, Gunung Andong. Sudah sejak dahulu saya ingin sekali mendaki gunung ini, namun semuanya hanyalah sebuah wacana saja. Niat yang hanya tinggal niat. Hingga saya bertemu dengan seorang teman yang memang selalu menginspirasi saya untuk melakukan hal-hal baru.

Perjalanan ini berawal dari sebuah gambar yang diunggah ke instagram milik akun @jejakku. Jejakku mengadakan suatu kegiatan yaitu penanaman 1000 pohon di Gunung Andong pada tanggal 23-24 Januari 2016. Saya sangat antusias untuk mengikuti kegiatan ini, selain karena tujuannya adalah Gunung Andong, kegiatan ini juga bukan sekedar pergi mendaki saja tetapi juga aksi nyata untuk penanaman di tempat sisa-sisa kebakaran Gunung Andong pada bulan Oktober lalu.


Akhirnya saya mengajak teman-teman saya yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini. Berangkatlah saya dan 2 teman saya dari Solo pada hari Sabtu sore. Beruntunglah kami mendapat tumpangan untuk sampai ke Basecamp Ngablak, Sawit, Girirejo, Magelang. Sesuai dengan instruksi dari panitia, kami harus datang dan mendaftar disana terlebih dahulu. Setiba disana, kami bertemu dengan 2 orang teman lainnya yang berasal dari Salatiga.

Malam itu, saya dan teman-teman langsung mendaki ke atas sehingga esok nanti kami dapat melihat sunrise kemudian dilanjutkan untuk penanaman, Ini pengalaman pertama saya mendaki gunung, beruntunglah saya mendaki bersama dua teman yang lain, yang memang sudah berpengalaman untuk mendaki gunung. Ketika turun dari tempat pendaftaran menuju ke arah gunung, saya memandang gunung tersebut dari bawah diiringi dengan rasa pesimis dalam diri saya, "Apa saya bisa sampai puncak ya? Ini gunung lho dit, tinggi. Sekalipun bukan gunung tertinggi, tapi kamu pasti akan kelelahan.


(sumber : www.jayanjayan.comhttp://www.jayanjayan.com)

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB, kami baru memulai perjalanan panjang. Langkah pertama kami langsung disambut oleh tangga-tangga yang begitu terjal. Ah, rasa-rasanya semakin susah mencapai puncak. Saya merasakan rasa pesimis itu terus membayangi. Nafas saya mulai tidak teratur, baru beberapa langkah sudah terasa lelah. Ini salah satu akibat kurang berolahraga, Mendaki kali ini memang hanya bermodal nekat, bahkan tanpa persiapan seperti jogging dulu sebelumnya.

Ketika akan mencapai pos satu, tiba-tiba salah satu teman saya merasa kesakitan. Dia merasakan nyeri yang hebat pada bagian bawah perutnya. Akhirnya perjalanan rombongan kamipun terhenti. Teman saya merasa tidak bisa untuk melanjutkan perjalanan lagi. Kemudian, kami segera menggelar matras dan memberikan pertolongan pertama untuk teman kami. Saya lantas menghubungi panitia untuk mengirimkan bantuan. Selang setengah jam, bantuan lalu datang dari Tim SAR. Teman Saya terpaksa ditandu dan di bawa ke basecamp lagi.

Kami akhirnya melanjutkan perjalanan hanya berempat. Sebelum tiba di pos 2, kami sudah diberitahu bahwa di puncak sudah sangat penuh. Kami tidak dapat mendirikan tenda di puncak, bahkan di pos3. Tempat yang masih tersedia hanya disekitar pos 2. Kamipun melanjutkan perjalanan hingga tiba di pos2, ternyata pos 2pun sudah penuh. Beberapa dari pendaki ada yang sudah mendirikan tenda bahkan ada beberapa yang memasang hammock di pepohonan. Dua teman yang laki-laki mencari tempat untuk mendirikan tenda sementara kami yang perempuan menunggu di dekat pos, karena lokasi sudah sangat penuh. Jika memang tidak ada tempat, kami harus turun lagi ke bawah menuju ke pos 1.

Setelah kurang lebih satu jam, akhirnya kedua teman saya menemukan lokasi untuk mendirikan tenda. Kamipun segera naik menuju ke atas, hampir mendekati pos 3. Tenda kami berhasil didirikan di pinggiran tebing, jika kami tidak berhati-hati, maka dengan mudah kami akan terjatuh. Lalu, teman saya dengan terampil segera membuat teh untuk menghangatkan diri. Tak lama, saya dan teman saya yang perempuan memutuskan untuk tidur cepat mengingat besok pagi kami masih harus mendaki hingga puncak.

( dokumen pribadi : @anindhytaputtri)

Sekitar pukul 04.00, saya terbangun, namun suara gerimis terdengar. Kami akhirnya mengurungkan niat kami untuk mendaki ke puncak langsung. Mengingat jalanan pasti akan sangat licin dan terjal sehingga membahayakan. Kami memutuskan untuk menunggu cuaca lebih baik terlebih dahulu. Sayup-sayup kami dengar suara beberapa orang sudah mulai mendaki ke atas. Akhirnya, saa keluar tenda pukul 05.30, Voilaa....udara tampak segar, dan matahari masih nampak malu-malu untuk menampakkan diri di ujung timur. Kamipun membuat mie dan telur dadar untuk mengisi perut, serta tak lupa secangkir kopi sebagai pelengkap.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, saya dan teman-teman memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Barang-barang yang penting kami bawa sedangkan yang tidak penting kami tinggal di dalam tenda. Perjalanan ini ternyata jauh lebih ekstrim karena jalan semakin menanjak dan terjal. Sesekali saya berhenti, karena kaki terasa lelah. Setengah perjalanan, saya dapat menikmati keindahan tiga gunung sekaligus, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Andong itu sendiri.

( dokumen pribadi : @anindhytaputtri)


Teman-teman saya terus menyemangati saya agar saya bisa sampai puncak. Saya sadar bahwa tidak ada jalan pintas untuk mencapai puncak, begitupula dengan kehidupan di dunia ini. Tidak pernah ada jalan pintas untuk mencapai semua kesuksesan besar. Semua harus melewati jalan terjal seperti kita mendaki gunung ini. Kita harus terus berjalan dan terus berusaha untuk mencapai puncak. Namun, jika kita hanya terpaku untuk mencapai puncak, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sesekali kita harus menikmati pemandangan yang ada di sekitar, itulah cara menikmati perjalanan. Sama halnya dengan kehidupan, kita harus menikmati setiap prosesnya, jangan hanya terpaku pada kata "sukses" saja. Nikmatilah masa-masa dimana kita berjalan dengan tawa bahagia, bahkan sesekali harus dengan tangis airmata. Tapi semua itulah yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang baru. Kamipun terus dan terus mendaki hingga akhirnya mencapai puncak. Voila !!!! Pemandangan yang menakjubkan kami dapatkan !!!!


( dokumen pribadi : @anindhytaputtri)

Puncak ternyata sangat ramai, tidak kalah dengan mall ketika sedang ada diskon 70%. Begitu banyak orang yang mendirikan tenda disini dan berselfi ria. Bahkan ada persewaan action camera di atas, sungguh luar biasa. Saya pikir, saya mampu memandang dari atas dengan penuh kelegaan, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Untunglah tadi sebelum puncak, kami sempat beristirahat di bebatuan sambil menikmati pemandangan. Selama di puncak, kami menikmati tempe goreng dan teh hangat serta bercengkarama dengan pendaki lainnya. Tak lama, kami memutuskan turun karena kami masih harus menanam pohon yang kemarin sudah diberi panitia. Ketika sedang menanam, kami melihat banyak anak kecil yang berlarian sambil membawa bibit untuk ditanam. Bahkan sudah ada yang berlari 2 bolak-balik sambil membawa tanaman. Betapa semangatnya mereka !

( dokumen pribadi : @anindhytaputtri)

Setelah kami selesai menanam, kami memutuskan untuk segera membereskan tenda dan kembali pulang. Misi sudah terselesaikan, keinginan itu bukan tinggal wacana belaka melainkan sudah terwujud. Meskipun perjalanan begitu terjal dan melelahkan, namun semua kerja keras ini terbayar lunas dengan pemandangan yang luar biasa. Menyaksikan beberapa gunung mengapit kami sekaligus, menyadari bahwa kami hanyalah makhluk Tuhan yang kecil. Mendaki gunung menyadarkan kita bahwa kita hanyalah bagian kecil dari dunia ini, sehingga kita tidak berbangga hati merasa yang paling besar atau paling tinggi. Terima kasih Andong, terima kasih sahabat untuk perjalanan yang begitu menyenangkan ini. Semoga pohon-pohon kami dapat menumbuhkan harapan baru untuk menghijaukan Gunung Andong kembali yang sempat terbakar :)






Designed By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates